BAB
II
PEMBAHASAN
A. BIOGRAFI FLORENCE NIGHTINGLE
Dua bayi
perempuan dilahirkan di tengah keluarga william (w.e.n) dan fanny nightingale
dalam suatu perjalanan panjang keliling eropa. Parthenope, anak pertama, lahir
di napoli, yunani. Putri kedua diberi nama sesuai dengan nama sebuah kota di
italia, tempat dia dilahirkan pada tanggal 12 Mei 1820.
Florence
nightingale dibesarkan dalam sebuah keluarga kaya yang tinggal di luar kota
london, dikelilingi pesta-pesta yang terus berlangsung, sebuah rumah musim
panas bernama lea hurst, dan tamasya ke eropa. Tetapi pada tahun 1837, pada
usia tujuh belas tahun, dia menulis di buku hariannya, “pada tanggal 7
februari, tuhan berbicara kepadaku dan memanggilku untuk melayani-nya.” Tetapi
pelayanan apa?
Dia
menyadari bahwa dirinya merasa bersemangat dan sangat bersukacita — bukan
karena status sosial keluarga kaya — saat dia merawat keluarga-keluarga miskin
yang hidup di gubuk gubuk sekitar embley, rumah keluarganya.
Pada saat
florence berusia dua puluh empat tahun, dia merasa yakin bahwa panggilannya
adalah merawat orang sakit. Tetapi pada tahun 1840-an, para gadis inggris
terhormat tidak akan bersedia menjadi perawat. Pada masa itu, perawat tidak
melebihi fungsi sebagai pembantu yang melakukan semua pekerjaan di rumah sakit
— rumah sakit umum (para orang kaya dirawat di rumah sendiri) — dan dianggap
sebagai peminum atau pelacur.
Tetapi
florence, yang belum menikah dan masih tinggal bersama orang tuanya, merasa
hampir gila karena ketidakproduktifan dan rasa frustrasi. Dia bertanya kepada
seorang dokter tamu dari amerika, dr. Samuel howe, “apakah pantas bagi seorang
gadis inggris mencurahkan hidupnya untuk menjadi seorang perawat?” Dia
menjawab, “di inggris, semua yang tidak biasa dianggap tidak layak. Tetapi
bukanlah sesuatu yang tidak mungkin terjadi atau tidak wajar bagi seorang
wanita terhormat bila melakukan suatu pekerjaan yang membawa kebaikan bagi
orang lain.”
Florence
sering bertanya-tanya, mengapa gereja protestan tidak seperti catholic sisters
of charity — suatu jalan bagi para wanita untuk mencurahkan hidupnya dengan
melayani orang lain. Dr. Howe menceritakan kepadanya tentang kaiserworth di
jerman, didirikan oleh pendeta theodor fliedner. Tempat itu mempunyai rumah
sakit yang dilengkapi ratusan tempat tidur, sekolah perawatan bayi, sebuah
penjara berpenghuni dua belas orang, sebuah rumah sakit jiwa untuk para yatim,
sekolah untuk melatih para guru, dan sekolah pelatihan untuk para perawat
disertai ratusan diaken. Setiap kegiatan selalu diikuti dengan doa.
Bahkan
sebelum dia memutuskan untuk pergi, dengan semangat tinggi florence menanggapi
bahwa kaiserworth adalah tujuannya. Tahun 1846, florence melakukan perjalanan
ke roma bersama teman-temannya, charles dan selina bracebridge. Pada perjalanan
ini, dia bertemu dengan sidney herbert dan istrinya, liz. Mereka adalah orang
kristen yang taat. Kemudian dia menjadi menteri perang dan seorang teman serta
pendorong, semangat bagi florence nightingale.
Pada bulan juli 1850, di usianya yang ke-30, akhirnya florence pergi ke kaiserworth di jerman selama dua minggu. Setahun kemudian, dia pulang ke rumah dan tinggal selama tiga bulan. Dia pulang dengan sikap baru. Sekarang dia tahu bahwa dirinya harus membebaskan diri dari kehidupannya yang terkekang.
Pada bulan juli 1850, di usianya yang ke-30, akhirnya florence pergi ke kaiserworth di jerman selama dua minggu. Setahun kemudian, dia pulang ke rumah dan tinggal selama tiga bulan. Dia pulang dengan sikap baru. Sekarang dia tahu bahwa dirinya harus membebaskan diri dari kehidupannya yang terkekang.
Tiga
tahun kernudian, dia melaksanakan pekerjaan keperawatannya yang pertama sebagai
pengawas di institute for the care for sick gentle woman in distressed
circumstances. Dia memasukkan pemikiran-pemikiran baru ke dalam institusi itu
dan menerapkan beberapa ide yang revolusioner, seperti pipa air panas ke setiap
lantai, elevator untuk mengangkut makanan pasien, dan para pasien dapat
langsung memanggil para perawat dengan menekan bel. Dia juga menetapkan bahwa
institusi tersebut bukan institusi sekte — menerima semua pasien dari semua
denominasi dan agama. (komite institusi ini menginginkan agar institusi
tersebut hanya menerima jemaat gereja inggris).
Pada
tahun 1854, ketika inggris dan perancis mengumumkan perang terhadap rusia untuk
menguasai crimea dan konstantinopel — pintu gerbang menuju timur tengah —
sidney herbert, sebagai menteri perang, meminta florence untuk mengepalai
sebuah tim perawat bagi rumah sakit militer di scutari, turki. Florence
menggunakan kesempatan ini. Dia tiba bersama sebuah tim pilihan yang terdiri
dari 38 orang perawat. Hanya 14 orang perawat yang mempunyai pengalaman di
lapangan; 24 orang lainnya adalah anggota lembaga keagamaan yang terdiri dari
biarawati katolik roma, dissenting deaconnesses, perawat rumah sakit protestan,
dan beberapa biarawati anglikan yang berpengalaman di bidang penyakit kolera.
Teman-temannya, charles dan selina bracebridge juga turut bersama tim tersebut
untuk mendorong semangatnya. Selama perang berlangsung, florence menghadapi
pertempuran berat untuk meyakinkan para dokter militer bahwa para perawat
wanita pun diperlukan di sebuah rumah sakit militer. Perang crimea telah
membongkar sistem kemiliteran inggris yang ternyata mengirim ribuan prajurit
untuk menjemput kematiannya sendiri akibat kekurangan gizi, penyakit, dan
diabaikan. Sebanyak 60.000 prajurit inggris dikirim ke crimea. Sejumlah 43.000
meninggal, sakit, atau terluka, dan hanya 7.000 yang terluka oleh musuh.
Sisanya merupakan korban akibat lumpur, kekacauan, dan penyakit.
Pada saat
perang akan berakhir, laporan dan saran florence nightingale membuat inggris
seperti dilanda badai. Dia menjadi pahlawan wanita negara tersebut. Pada tahun
1860, sekolah keperawatan nightingale dibuka di london dan kelas pertamanya
berisi lima belas orang murid wanita muda. Sepanjang hidupnya, sebelum dia
meninggal saat sedang tidur pada usia sembilan puluh tahun di tahun 1910, dia
bekerja tanpa lelah untuk mengadakan perubahan-perubahan di kemiliteran yang
berhubungan dengan perawatan kesehatan dan medis.
Sebab dia telah bersumpah, “semua yang terjadi di crimea, tidak boleh terulang kembali.”
Sebab dia telah bersumpah, “semua yang terjadi di crimea, tidak boleh terulang kembali.”
1) PERJALANAN
KE JERMAN
Pada tahun 1846 ia mengunjungi Kaiserswerth, Jerman, dan mengenal lebih jauh tentang rumah sakit modern pionir
yang dipelopori oleh Pendeta Theodor Fliedner dan istrinya dan dikelola oleh
biarawati Lutheran (Katolik).
Di sana Florence Nightingale
terpesona akan komitmen dan kepedulian yang dipraktekkan oleh para biarawati
kepada pasien.
Ia jatuh cinta pada pekerjaan sosial
keperawatan, serta pulang ke Inggris dengan membawa angan-angan
tersebut.
2)
BELAJAR MERAWAT
Pada usia dewasa Florence yang lebih cantik dari kakaknya,
dan sebagai seorang putri tuan tanah yang kaya, mendapat banyak lamaran untuk
menikah. Namun semua itu ia tolak, karena Florence merasa
"terpanggil" untuk mengurus hal-hal yang berkaitan dengan
kemanusiaan.
Pada tahun 1851, kala menginjak usia 31 tahun, ia dilamar oleh Richard Monckton
Milnes seorang
penyair dan seorang ningrat (Baron of Houghton), lamaran inipun ia tolak
karena ditahun itu ia sudah membulatkan tekad untuk mengabdikan dirinya pada
dunia keperawatan.
3)
Ditentang oleh keluarga
Keinginan ini ditentang keras oleh
ibunya dan kakaknya. Hal ini dikarenakan pada masa itu di Inggris, perawat adalah pekerjaan hina dan
sebuah rumah sakit adalah tempat yang jorok. Banyak orang memanggil dokter
untuk datang ke rumah dan dirawat di rumah.
Perawat pada masa itu hina karena:
- Perawat disamakan dengan wanita tuna
susila atau "buntut" (keluarga tentara yang miskin) yang
mengikuti kemana tentara pergi.
- Profesi
perawat banyak berhadapan langsung
dengan tubuh dalam keadaan terbuka, sehingga dianggap profesi ini bukan
profesi sopan wanita baik-baik dan banyak pasien memperlakukan wanita
tidak berpendidikan yang berada di rumah sakit dengan tidak senonoh
- Perawat di Inggris pada masa itu lebih banyak
laki-laki daripada perempuan karena alasan-alasan tersebut di atas.
- Perawat masa itu lebih sering
berfungsi sebagai tukang masak.
Argumentasi Florence bahwa di Jerman perawatan bisa dilakukan dengan baik tanpa
merendahkan profesi perawat patah, karena saat itu di Jerman perawat juga biarawati Katolik yang sudah disumpah untuk tidak
menikah dan hal ini juga secara langsung melindungi mereka dari perlakuan yang
tidak hormat dari pasiennya.
Walaupun ayahnya setuju bila
Florence membaktikan diri untuk kemanusiaan, namun ia tidak setuju bila
Florence menjadi perawat di rumah sakit. Ia tidak dapat membayangkan
anaknya bekerja di tempat yang menjijikkan. Ia menganjurkan agar Florence pergi
berjalan-jalan keluar negeri untuk menenangkan pikiran.
Tetapi Florence berkeras dan tetap
pergi ke Kaiserswerth, Jerman untuk mendapatkan pelatihan bersama biarawati disana. Selama empat bulan ia
belajar di Kaiserwerth, Jerman di bawah tekanan dari keluarganya yang takut akan implikasi
sosial yang timbul dari seorang gadis yang menjadi perawat dan latar belakang
rumah sakit yang Katolik sementara keluarga Florence adalah Kristen Protestan.
Selain di Jerman, Florence Nightingale juga pernah bekerja di rumah sakit
untuk orang miskin di Perancis.
4)
Kembali ke Inggris
Pada tanggal 12 Agustus 1853, Nightingale kembali ke London dan mendapat pekerjaan sebagai pengawas bagian keperawatan di Institute for the Care of
Sick Gentlewomen, sebuah rumah sakit kecil yang terletak di Upper Harley Street, London, posisi yang ia tekuni hingga bulan Oktober 1854. Ayahnya memberinya ₤500 per tahun (setara dengan ₤ 25,000
atau Rp. 425 juta pada masa sekarang), sehingga Florence dapat hidup dengan
nyaman dan meniti karirnya.
Di sini ia beragumentasi sengit
dengan Komite Rumah Sakit karena mereka menolak pasien yang beragama Katolik. Florence mengancam akan
mengundurkan diri, kecuali bila komite ini mengubah peraturan tersebut dan
memberinya izin tertulis bahwa;
“
|
”
|
Komite
Rumah Sakit pun mengubah peraturan tersebut sesuai permintaan Florence.
5)
Perang Krimea
Pada 1854 berkobarlah peperangan di Semenanjung Krimea. Tentara Inggris bersama tentara Perancis berhadapan dengan tentara Rusia. Banyak prajurit yang gugur dalam pertempuran, namun yang
lebih menyedihkan lagi adalah tidak adanya perawatan untuk para prajurit yang sakit dan
luka-luka.
Keadaan memuncak ketika seorang
wartawan bernama William Russel pergi ke Krimea. Dalam tulisannya untuk harian TIME ia menuliskan bagaimana
prajurit-prajurit yang luka bergelimpangan di tanah tanpa diberi perawatan sama sekali dan bertanya,
"Apakah Inggris tidak memiliki wanita yang mau
mengabdikan dirinya dalam melakukan pekerjaan kemanusiaan yang mulia
ini?".
Hati rakyat Inggrispun tergugah oleh tulisan tersebut.
Florence merasa masanya telah tiba, ia pun menulis surat kepada menteri
penerangan saat itu, Sidney Herbert, untuk menjadi sukarelawan.
Pada pertemuan dengan Sidney Herbert terungkap bahwa Florence adalah
satu-satunya wanita yang mendaftarkan diri. Di Krimea prajurit-prajurit banyak yang mati bukan karena peluru dan
bom, namun karena tidak adanya perawatan, dan perawat pria jumlahnya tidak
memadai. Ia meminta Florence untuk memimpin gadis-gadis sukarelawan dan
Florence menyanggupi.
Pada tanggal 21 Oktober 1854 bersama 38 gadis sukarelawan yang dilatih oleh Nightingale
dan termasuk bibinya Mai Smith,[3] berangkat ke Turki menumpang sebuah
kapal.
Beberapa gadis sukarelawan terguncang jiwanya dan tidak
dapat langsung bekerja karena cemas, semua ruangan penuh sesak dengan
prajurit-prajurit yang terluka, dan beratus-ratus prajurit bergelimpangan di
halaman luar tanpa tempat berteduh dan tanpa ada yang merawat.
Dokter-dokter bekerja cepat pada saat pembedahan, mereka memotong
tangan, kaki, dan mengamputasi apa saja yang membahayakan hidup pemilik,
potongan-potongan tubuh tersebut ditumpuk begitu saja diluar jendela dan tidak
ada tenaga untuk membuangnya jauh-jauh ke tempat lain. Bekas tangan dan kaki
yang berlumuran darah menggunung menjadi satu dan mengeluarkan bau tak sedap.
Florence diajak mengelilingi neraka tersebut oleh Mayor Prince, dokter kepala rumah sakit tersebut dan menyanggupi untuk
membantu.
Florence melakukan perubahan-perubahan penting. Ia mengatur
tempat-tempat tidur para penderita di dalam rumah sakit, dan menyusun tempat
para penderita yang bergelimpangan di luar rumah sakit. Ia mengusahakan agar
penderita yang berada di luar paling tidak bernaung di bawah pohon dan
menugaskan pendirian tenda.
6)
Ilustrasi
Rumah Sakit di Scutari
Penjagaan dilakukan secara teliti, perawatan dilakukan
dengan cermat;
- Perban
diganti secara berkala.
- Obat diberikan
pada waktunya.
- Lantai
rumah sakit dipel setiap hari.
- Meja
kursi dibersihkan.
- Baju-baju
kotor dicuci dengan mengerahkan tenaga bantuan dari penduduk setempat.
Akhirnya gunungan potongan tubuh,
daging, dan tulang-belulang manusiapun selesai dibersihkan, mereka dibuang
jauh-jauh atau ditanam.
Dalam waktu sebulan rumah sakit
sudah berubah sama sekali, walaupun baunya belum hilang seluruhnya namun jerit
dan rintihan prajurit yang luka sudah jauh berkurang. Para perawat sukarelawan bekerja tanpa kenal
lelah hilir-mudik di bawah pengawasan Florence Nightingale.
Ia juga menangani perawat-perawat lain dengan tangan besi, bahkan
mengunci mereka dari luar pada malam hari. Ini dilakukan untuk membuktikan pada
orang tua mereka di tingkat ekonomi menengah, bahwa dengan disiplin yang keras
dan di bawah kepemimpinan kuat seorang wanita, anak-anak mereka bisa dilindungi
dari kemungkinan serangan seksual.
Ketakutan akan hal inilah yang
membuat ibu-ibu di Inggris menentang anak perempuan mereka
menjadi perawat, dan menyebabkan rumah sakit di Inggris ketinggalan dibandingkan di benua Eropa lainnya dimana profesi keperawatan dilakukan oleh biarawati dan biarawati-biarawati ini berada
dibawah pengawasan Biarawati Kepala.
Pada malam hari saat perawat lain beristirahat dan memulihkan
diri, Florence menuliskan pengalamannya dan cita-citanya tentang dunia keperawatan, dan obat-obatan yang ia ketahui.
Namun, kerja keras Florence
membersihkan rumah sakit tidak berpengaruh banyak pada jumlah kematian
prajurit, malah sebaliknya, angka kematian malah meningkat menjadi yang
terbanyak dibandingkan rumah sakit lainnya di daerah tersebut. Pada masa musim dingin pertama Florence berada disana
sejumlah 4077 prajurit meninggal dirumah sakit tersebut. Sebanyak 10 kali lipat
prajurit malah meninggal karena penyakit seperti; tipes, tifoid, kolera, dan disentri dibandingkan dengan kematian akibat
luka-luka saat perang. Kondisi di rumah sakit tersebut menjadi sangat fatal
karena jumlah pasien melimpah lebih banyak dari yang mungkin bisa ditampung,
hal ini menyebabkan sistem pembuangan limbah dan ventilasi udara memburuk.
Pada bulan bulan Maret 1855, hampir enam bulan setelah Florence
Nightingale datang, komisi kebersihan Inggris datang dan memperbaiki sistem
pembuangan limbah dan sirkulasi udara, sejak saat itu tingkat kematian menurun
drastis.
Namun Florence tetap percaya saat
itu bahwa tingkat kematian disebabkan oleh nutrisi yang kurang dari suplai
makanan dan beratnya beban pekerjaan tentara. Pemikiran ini baru berubah saat
Florence kembali ke Inggris dan mengumpulkan bukti dihadapan
Komisi Kerajaan untuk Kesehatan Tentara Inggris (Royal Commission on the Health
of the Army), akhirnya ia diyakinkan bahwa saat itu para prajurit di rumah
sakit meninggal akibat kondisi rumah sakit yang kotor dan memprihatinkan.
Hal ini berpengaruh pada karirnya di
kemudian hari dimana ia gigih mengkampanyekan kebersihan lingkungan sebagai hal
yang utama. Kampanye ini berhasil dinilai dari turunnya angka kematian prajurit
pada saat damai (tidak sedang berperang) dan menunjukkan betapa pentingnya
disain sistem pembuangan limbah dan ventilasi udara sebuah rumah sakit.
7)
Bidadari berlampu
Pada suatu kali, saat pertempuran
dahsyat di luar kota telah berlalu, seorang bintara datang dan melapor pada Florence
bahwa dari kedua belah pihak korban yang berjatuhan banyak sekali.
Florence menanti rombongan pertama,
namun ternyata jumlahnya sedikit, ia bertanya pada bintara tersebut apa yang
terjadi dengan korban lainnya. Bintara tersebut mengatakan bahwa korban
selanjutnya harus menunggu sampai besok karena sudah terlanjur gelap.
Florence memaksa bintara tersebut
untuk mengantarnya ke bekas medan pertempuran untuk mengumpulkan korban yang
masih bisa diselamatkan karena bila mereka menunggu hingga esok hari
korban-korban tersebut bisa mati kehabisan darah.
Berangkatlah mereka berenam ke bekas
medan pertempuran, semuanya pria, hanya Florence satu-satunya wanita. Florence
dengan berbekal lentera membalik dan memeriksa tubuh-tubuh
yang bergelimpangan, membawa siapa saja yang masih hidup dan masih bisa
diselamatkan, termasuk prajurit Rusia.
Malam itu mereka kembali dengan
membawa lima belas prajurit, dua belas prajurit Inggris dan tiga prajurit Rusia.
Semenjak saat itu setiap terjadi
pertempuran, pada malam harinya Florence berkeliling dengan lampu untuk mencari
prajurit-prajurit yang masih hidup dan mulailah ia terkenal sebagai bidadari berlampu yang menolong di gelap
gulita. Banyak nyawa tertolong yang seharusnya sudah meninggal.
Selama perang Krimea, Florence
Nightingale mendapatkan nama "Bidadari Berlampu".[4] Pada tahun 1857 Henry Longfellow, seorang penyair AS, menulis puisi
tentang Florence Nightingale berjudul "Santa Filomena", yang
melukiskan bagaimana ia menjaga prajurit-prajurit di rumah sakit tentara pada
malam hari, sendirian, dengan membawa lampu.
“
|
Pada jam-jam penuh penderitaan itu, datanglah bidadari
berlampu untukku.
|
”
|
8)
Pulang ke Inggris
Florence Nightingale kembali ke
Inggris sebagai pahlawan pada tanggal 7 Agustus 1857, semua orang tahu siapa Florence Nightingale dan apa yang
ia lakukan ketika ia berada di medan pertempuran Krimea, dan menurut BBC, ia merupakan salah satu tokoh yang paling terkenal setelah
Ratu Victoria sendiri. Nightingale pindah dari rumah keluarganya di Middle Claydon, Buckinghamshire, ke Burlington Hotel di Piccadilly. Namun, ia terkena demam, yang
disebabkan oleh Bruselosis ("demam Krimea") yang
menyerangnya selama perang Krimea.[5] Dia memalangi ibu dan saudara
perempuannya dari kamarnya dan jarang meninggalkannya.
Sebagai respon pada sebuah undangan
dari Ratu Victoria - dan meskipun terdapat keterbatasan kurungan pada
ruangannya - Nightingale memainkan peran utama dalam pendirian Komisi Kerajaan untuk Kesehatan Tentara Inggris,
dengan Sidney Herbert menjadi ketua. Sebagai wanita, Nightingale tidak dapat
ditunjuk untuk Komisi Kerajaan, tetapi ia menulis laporan 1.000 halaman lebih
yang termasuk laporan statistik mendetail, dan ia merupakan alat implementasi
rekomendasinya. Laporan Komisi Kerajaan membuat adanya pemeriksaan tentara
militer, dan didirikannya Sekolah Medis Angkatan Bersenjata dan sistem rekam medik angkatan bersenjata.
9)
Karier selanjutnya
Ketika ia masih di Turki, pada tanggal 29 November 1855, publik bertemu untuk memberikan pengakuan pada Florence
Nightingale untuk hasil kerjanya pada perang yang membuat didirikannya Dana
Nightingale untuk pelatihan perawat. Sidney Herbert menjadi sekretaris honorari dana,
dan Adipati Cambridge menjadi ketua. Sekembalinya
Florence ke London, ia diundang oleh tokoh-tokoh
masyarakat. Mereka mendirikan sebuah badan bernama "Dana
Nightingale", dimana Sidney Herbert menjadi Sekertaris Kehormatan dan
Adipati Cambridge menjadi Ketuanya. Badan tersebut berhasil mengumpulkan dana
yang besar sekali sejumlah ₤ 45.000 sebagai rasa terima kasih orang-orang Inggris karena Florence Nightingale
berhasil menyeamatkan banyak jiwa dari kematian.
Florence menggunakan uang itu untuk
membangun sebuah sekolah perawat khusus untuk wanita yang pertama, saat itu
bahkan perawat-perawat pria pun jarang ada yang berpendidikan.
Florence berargumen bahwa dengan
adanya sekolah perawat, maka profesi perawat akan menjadi lebih dihargai,
ibu-ibu dari keluarga baik-baik akan mengijinkan anak-anak perempuannya untuk
bersekolah disana dan masyarakat akan lain sikapnya menghadapi seseorang yang
terdidik.
Sekolah tersebut pun didirikan di
lingkungan rumah sakit St. Thomas Hospital, London. Dunia kesehatan pun menyambut baik pembukaan sekolah perawat tersebut.
Saat dibuka pada tanggal 9 Juli 1860 berpuluh-puluh gadis dari kalangan baik-baik mendaftarkan
diri, perjuangan Florence di Semenanjung Krimea telah menghilangkan gambaran lama tentang perempuan
perawat. Dengan didirikannya sekolah perawat tersebut telah diletakkan dasar
baru tentang perawat terdidik dan dimulailah masa baru dalam dunia perawatan
orang sakit. Kini sekolah tersebut dinamakan Sekolah Perawat dan Kebidanan Florence Nightingale
(Florence Nightingale School of Nursing and Midwifery) dan merupakan
bagian dari Akademi King College London.
Sebagai pimpinan sekolah Florence
mengatur sekolah itu dengan sebaik mungkin. Tulisannya mengenai dunia keperawatan dan cara mengaturnya dijadikan
bahan pelajaran di sekolah tersebut.
Saat tiba waktunya anak-anak didik
pertama Florence menamatkan sekolahnya, berpuluh-puluh tenaga pemudi habis
diambil oleh rumah
sakit sekitar,
padahal rumah sakit yang lain banyak meminta bagian.
Perawat lulusan sekolah Florence pertama
kali bekerja pada Rumah
Sakit Liverpool
Workhouse Infirmary. Ia juga berkampanye dan menggalang dana untuk rumah sakit
Royal Buckinghamshire di Aylesbury dekat rumah tinggal keluarganya.
Dengan perawat-perawat terdidik, era baru perawatan secara
modernpun diterapkan ditempat-tempat tersebut.
Dunia menjadi tergugah dan ingin
meniru. Mereka mengirimkan gadis-gadis berbakat untuk dididik di sekolah
tersebut dan sesudah tamat mereka diharuskan mendirikan sekolah serupa di
negerinya masing-masing.
Pada tahun 1882 perawat-perawat yang lulus dari sekolah Florence
telah tumbuh dan mengembangkan pengaruh mereka pada awal-awal pengembangan
profesi keperawatan. Beberapa dari mereka telah
diangkat menjadi perawat senior (matron), termasuk di rumah sakit-rumah
sakit London seperti St. Mary's Hospital, Westminster Hospital, St Marylebone
Workhouse Infirmary dan the Hospital for Incurables (Putney); dan diseluruh Inggris, seperti: Royal Victoria Hospital, Netley; Edinburgh Royal Infirmary; Cumberland Infirmary; Liverpool
Royal Infirmary dan juga di Sydney Hospital, di New South Wales, Australia.
Orang sakit menjadi pihak yang
paling beruntung di sini, disamping mereka mendapatkan perawatan yang baik dan
memuaskan, angka kematian dapat ditekan serendah mungkin. Buku dan buah pikiran
Florence Nightingale menjadi sangat bermanfaat dalam hal ini.
Pada tahun 1860 Florence menulis buku Catatan tentang Keperawatan (Notes on Nursing) buku setebal
136 halaman ini menjadi buku acuan pada kurikulum di sekolah Florence dan sekolah keperawatan lainnya. Buku ini juga menjadi
populer di kalangan orang awam dan terjual jutaan eksemplar di seluruh dunia.
Pada tahun 1870-an, Linda Richards, "perawat terlatih pertama Amerika", berkonsultasi dengan
Florence Nightingale di Inggris, dan membuat Linda kembali ke Amerika Serikat dengan pelatihan dan pengetahuan
memadai untuk mendirikan sekolah perawat. Linda Richards menjadi pelopor perawat di Amerika Serikat dan Jepang.
Pada tahun 1883 Florence dianugrahkan medali Palang Merah Kerajaan (The Royal Red Cross) oleh Ratu Victoria.
Pada tahun 1907 pada umurnya yang ke 87 tahun Raja Inggris, di hadapan beratus-ratus undangan
menganugerahkan Florence Nightingale dengan bintang jasa The Order Of
Merit dan
Florence Nightingale menjadi wanita pertama yang menerima bintang tanda jasa
ini.
Nightingale adalah seorang universalis Kristen. Pada tanggal 7 Februari 1837 – tidak lama sebelum ulang tahunnya ke-17 – sesuatu terjadi
yang akan mengubah hidupnya: ia menulis, "Tuhan berbicara padaku dan
memanggilku untuk melayani-Nya.
B. TEORI
FLORENCE NIGHTINGALE
Konsep nightingale menempatkan lingkungan sebagai
fokus asuhan keperawatan dan perhatian di mana perawat tidak perlu memahami
seluruh proses penyakit merupakan upaya awal untuk memisahkan antara profesi
keperawatan dan kedokteran.
Nightingale tidak memandang perawat secara sempit
yang hanya sibuk dengan masalah pemberian obat dan pengobatan, tetapi lebih
berorientasi pada pemberian udara, lampu, kenyamanan lingkungan, kebersihan,
ketenangan dan nutrisi yang adekuat ( nightingale, 1860; torres, 1986 ).
Melalui observasi dan pengumpulan data, nightingale menghubungkan antara status
kesehatan klien dengan faktor lingkungan dan, sebagai hasil, yang menimbulkan
perbaikan kondisi higiene dan sanitasi selama perang crimean.
Torres mencatat ( 1986
) mencatat bahwa nightingale memberikan konsep dan penawaran yang dapat
divalidasi dan digunakan untuk menjalankan praktik keperawatan. Nightingale
dalam teori deskripsinya memberikan cara berpikir tentang keperawatan
dankerangka rujukan yang berfokus pada klien dan lingkungannya ( torres, 1986).
Surat nightingale dan tulisannya tangannya menuntun perawat untuk bekerja atas
nama klien. Prinsipnya mencakup bidang pelayanan, penelitian, dan
pendidikan.hal paling penting adalah konsep dan prinsip yang membentuk dan
melingkupi praktik keperawatan (marriner – tomey, 1994). Nightingale berpikir
dan menggunakan proses keperawatan. Ia mencatat bahwa observasi [pengkajian]...
Bukan demi berbagai informasi atau fakta yang mencurigakan, tetapi demi
penyelamatan hidup dan meningkatkan kesehatan dan keamanan."
C. KONSEP
MODEL FLORENCE NIGHTINGALE
Inti konsep florence nightingale, pasien dipandang
dalam kontek lingkungan secara keseluruhan, terdiri dari lingkungan fisik,
lingkungan psikologis dan lingkungan sosial.
1.
Lingkungan fisik (physical enviroment)
Merupakan lingkungan dasar/alami yang berhubungan
dengan ventilasi dan udara. Faktor tersebut mempunyai efek terhadap lingkungan
fisik yang bersih yang selalu akan mempengaruhi pasien dimanapun dia berada
didalam ruangan harus bebas dari debu, asap, bau-bauan.
Tempat tidur pasien harus bersih, ruangan hangat,
udara bersih, tidak lembab, bebas dari bau-bauan. Lingkungan dibuat sedemikian
rupa sehingga memudahkan perawatan baik bagi orang lain maupun dirinya sendiri.
Luas, tinggi penempatan tempat tidur harus memberikan memberikan keleluasaan
pasien untuk beraktifitas. Tempat tidur harus mendapatkan penerangan yang
cukup, jauh dari kebisingan dan bau limbah. Posiis pasien ditempat tidur harus
diatur sedemikian rupa supaya mendapat ventilasi.
2.
Lingkungan
psikologi (psychologi enviroment)
Florence nightingale melihat bahwa kondisi
lingkungan yang negatif dapat menyebabkan stress fsiik dan berpengaruh buruk
terhadap emosi pasien. Oleh karena itu ditekankan kepada pasien menjaga
rangsangan fisiknya. Mendapatkan sinar matahari, makanan yang menarik dan
aktivitas manual dapat merangsanag semua faktor untuk membantu pasien dalam
mempertahankan emosinya.
Komunikasi dengan
p[asien dipandang dalam suatu konteks lingkungan secara menyeluruh, komunikasi
jangan dilakukan secara terburu-buru atau terputus-putus. Komunikasi tentang
pasien yang dilakukan dokter dan keluarganya sebaiknya dilakukan
dilingkungan pasien dan kurang baik bila dilakukan diluar lingkungan pasien
atau jauh dari pendengaran pasien. Tidak boleh memberikan harapan yang terlalu
muluk, menasehati yang berlebihan tentang kondisi penyakitnya.
Selain itu membicarkan kondisi-kondisi lingkungna dimana dia berada atau cerita hal-hal yang menyenangkan dan para pengunjung yang baik dapat memberikan rasa nyaman.
Selain itu membicarkan kondisi-kondisi lingkungna dimana dia berada atau cerita hal-hal yang menyenangkan dan para pengunjung yang baik dapat memberikan rasa nyaman.
3.
Lingkungan
sosial (social environment)
Observasi dari
lingkungan sosial terutama huhbungan yang spesifik, kumpulan data-data yang
spesifik dihubungkan dengan keadaan penyakit, sangat penting untuk pencegahan
penyakit. Dengan demikian setiap perawat
harus menggunakan kemampuan observasi dalam hubungan dengan kasus-kasus secara
spesifik lebih dari sekedar data-data yang ditunjukkan pasien pada umumnya.
Seperti juga hubungan komuniti dengan lingkungan
sosial dugaannya selalu dibicarakan dalam hubungna individu paien yaitu
lingkungan pasien secara menyeluruh tidak hanya meliputi lingkungan rumah atau
lingkungan rumah sakit tetapi juga keseluruhan komunitas yang berpengaruh
terhadap lingkungan secara khusus.
Hubungan teori florence
nightingale dengan beberapa konsep
1)
Hubungan
teori florence nightingale dengan konsep keperawatan :
a)
Individu
/ manusia
Memiliki kemampuan
besar untuk perbaikan kondisinya dalam menghadapi penyakit
b)
Keperawatan
Berrtujuan membawa / mengantar individu pada kondisi
terbaik untuk dapat melakukan kegiatan melalui upaya dasar untuk mempengaruhi
lingkungan.
c)
Fokus pada perbaikan untuk sehat.
d)
Masyarakaat
/ lingkungan
Melibatkan kondisi eksternal yang mempengaruhi
kehidupan dan perkembangan individu, fokus pada ventilasi, suhuu, bau, suara
dan cahaya.
2) Hubungan teori florence nightingale
dengan proses keperawatan
a)
Pengkajian
/ pengumpulan data
Data pengkajian florence n lebih menitik beratkan
pada kondisi lingkungan (lingkungan fisik, psikhis dan sosial).
b)
Analisa
data
Data dikelompokkan berdasarkan lingkungan fisik,
sosial dan mental yang berkaitan dengan kondisi klien yang berhubungan dengan
lingkungan keseluruhan.
c)
Masalah
Difokuskan pada
hubungan individu dengan lingkungan misalnya :
·
kurangnya
informasi tentang kebersihan lingkungan
·
ventilasi
·
pembuangan
sampah
·
pencemaran
lingkungan
·
komunikasi
sosial, dll
d)
Diagnosa
keperawatan
Berbagai maslah klien
yang berhubungan dengan lingkungan antara lain :
·
faktor
lingkungan yang berpengaruh terhadap efektivitas asuhan.
·
penyesuaian
terhadap lingkungan.
·
pengaruh
stressor lingkungan terhadap efektivitas asuhan.
e)
Inplementasi
Upaya dasar merubah / mempengaruhi lingkungan yang
memungkinkan terciptanya kondisi lingkungan yang baik yang mempengaruhi
kehidupan, perrtumbuhan dan perkembangan individu.
f) Evaluasi
g)
Mengobservasi
dampak perubahan lingkungan terhadap kesehatan individu.
3. Hubungan teori florence nightingale
dengan teori-teori lain :
1.
Teori
adaptasi
Adaptasi menunjukkan penyesuaian diri terhadap
kekuatan yang melawannya. Kekuatan dipandang dalam konteks lingkungan
menyeluruh yang ada pada dirinya sendiri. Berrhasil tidaknya respon adapatsi
seseorang dapat dilihat dengan tinjauan lingkungan yang dijelaskan Florence. Kemampuan
diri sendiri yang alami dapat bertindak sebagai pengaruh dari lingkungannya
berperanpenting pada setiap individu dalam berespon adaptif atau mal adaptif.
2.
Teori
kebutuhan
Menurut maslow pada dasarnya mengakui pada penekanan
teori florence n, sebagai conoth kebuuthan oksigen dapat dipandang sebagai
udara segar, ventilasi dan kebutuhanlingkungan yang aman berhubungan dengan
saluran yang baik dan air yang bersih.
Teori kebutuhan menekankan bagaimana hubungan
kebutuhan yang berhubungan dengan kemampuan manusia dalam mempertahankan
hidupnya.
3.
Teori
stress
Stress meliputi suatu ancaman atau suatu perubahan
dalam lingkungan, yang harus ditangani. Stress dapat positip atau negatip
tergantung pada hasil akhir. Stress dapat mendorong individu untuk mengambil
tindakan positip dalam mencapai keinginan atau kebutuhan.
Stress juga dapat menyebabkan kelelahan jika stress
begitu kuat sehingga individu tidak dapat mengatasi. Florence n, menekankan
penempatan pasien dalamlingkungan yang optimum sehingga akan menimumkan efek
stressor, misalnya tempat yang gaduh, membangunkan pasien dengan tiba-tiba,
,semuanya itu dipandang sebagai suatu stressor yang negatif. Jumlah dan lamanya
stressor juga mempunyai pengaruh kuat pada kemampuan koping individu.
BAB III
PENUTUP
I.
KESIMPULAN
Florence nightingale “ibu dari
keperawatan modern” merupakan salah satu pendiri yang meletakan dasar-dasar
teoti keperawatan yang melalui model konsep dan teori keperawatan yaitu dengan
mengidentifikasi peran perawat menemukan kebutuhan dasar manusia pada klien
serta pentingnya pengaruh lingkungan di dalam perawatan orang yang sakit yang
dikenal dengan teori lingkunganya.
Selain itu florence nightingale
juga membuat standar pada pendidikan keperawatan serta standar pelaksanaan
asuhan keperawatan yang efesien.
DAFTAR PUSTAKA
Http://jatiarsoeko.blogspot.com/2012/01/makalah-model-konsep-florence.html (diakses
tanggal : 25 maret 2012)
(diakses tanggal : 22 maret 2012)
BAB
II
PEMBAHASAN
A. BIOGRAFI FLORENCE NIGHTINGALE
Dua bayi
perempuan dilahirkan di tengah keluarga william (w.e.n) dan fanny nightingale
dalam suatu perjalanan panjang keliling eropa. Parthenope, anak pertama, lahir
di napoli, yunani. Putri kedua diberi nama sesuai dengan nama sebuah kota di
italia, tempat dia dilahirkan pada tanggal 12 Mei 1820.
Florence
nightingale dibesarkan dalam sebuah keluarga kaya yang tinggal di luar kota
london, dikelilingi pesta-pesta yang terus berlangsung, sebuah rumah musim
panas bernama lea hurst, dan tamasya ke eropa. Tetapi pada tahun 1837, pada
usia tujuh belas tahun, dia menulis di buku hariannya, “pada tanggal 7
februari, tuhan berbicara kepadaku dan memanggilku untuk melayani-nya.” Tetapi
pelayanan apa?
Dia
menyadari bahwa dirinya merasa bersemangat dan sangat bersukacita — bukan
karena status sosial keluarga kaya — saat dia merawat keluarga-keluarga miskin
yang hidup di gubuk gubuk sekitar embley, rumah keluarganya.
Pada saat
florence berusia dua puluh empat tahun, dia merasa yakin bahwa panggilannya
adalah merawat orang sakit. Tetapi pada tahun 1840-an, para gadis inggris
terhormat tidak akan bersedia menjadi perawat. Pada masa itu, perawat tidak
melebihi fungsi sebagai pembantu yang melakukan semua pekerjaan di rumah sakit
— rumah sakit umum (para orang kaya dirawat di rumah sendiri) — dan dianggap
sebagai peminum atau pelacur.
Tetapi
florence, yang belum menikah dan masih tinggal bersama orang tuanya, merasa
hampir gila karena ketidakproduktifan dan rasa frustrasi. Dia bertanya kepada
seorang dokter tamu dari amerika, dr. Samuel howe, “apakah pantas bagi seorang
gadis inggris mencurahkan hidupnya untuk menjadi seorang perawat?” Dia
menjawab, “di inggris, semua yang tidak biasa dianggap tidak layak. Tetapi
bukanlah sesuatu yang tidak mungkin terjadi atau tidak wajar bagi seorang
wanita terhormat bila melakukan suatu pekerjaan yang membawa kebaikan bagi
orang lain.”
Florence
sering bertanya-tanya, mengapa gereja protestan tidak seperti catholic sisters
of charity — suatu jalan bagi para wanita untuk mencurahkan hidupnya dengan
melayani orang lain. Dr. Howe menceritakan kepadanya tentang kaiserworth di
jerman, didirikan oleh pendeta theodor fliedner. Tempat itu mempunyai rumah
sakit yang dilengkapi ratusan tempat tidur, sekolah perawatan bayi, sebuah
penjara berpenghuni dua belas orang, sebuah rumah sakit jiwa untuk para yatim,
sekolah untuk melatih para guru, dan sekolah pelatihan untuk para perawat
disertai ratusan diaken. Setiap kegiatan selalu diikuti dengan doa.
Bahkan
sebelum dia memutuskan untuk pergi, dengan semangat tinggi florence menanggapi
bahwa kaiserworth adalah tujuannya. Tahun 1846, florence melakukan perjalanan
ke roma bersama teman-temannya, charles dan selina bracebridge. Pada perjalanan
ini, dia bertemu dengan sidney herbert dan istrinya, liz. Mereka adalah orang
kristen yang taat. Kemudian dia menjadi menteri perang dan seorang teman serta
pendorong, semangat bagi florence nightingale.
Pada bulan juli 1850, di usianya yang ke-30, akhirnya florence pergi ke kaiserworth di jerman selama dua minggu. Setahun kemudian, dia pulang ke rumah dan tinggal selama tiga bulan. Dia pulang dengan sikap baru. Sekarang dia tahu bahwa dirinya harus membebaskan diri dari kehidupannya yang terkekang.
Pada bulan juli 1850, di usianya yang ke-30, akhirnya florence pergi ke kaiserworth di jerman selama dua minggu. Setahun kemudian, dia pulang ke rumah dan tinggal selama tiga bulan. Dia pulang dengan sikap baru. Sekarang dia tahu bahwa dirinya harus membebaskan diri dari kehidupannya yang terkekang.
Tiga
tahun kernudian, dia melaksanakan pekerjaan keperawatannya yang pertama sebagai
pengawas di institute for the care for sick gentle woman in distressed
circumstances. Dia memasukkan pemikiran-pemikiran baru ke dalam institusi itu
dan menerapkan beberapa ide yang revolusioner, seperti pipa air panas ke setiap
lantai, elevator untuk mengangkut makanan pasien, dan para pasien dapat
langsung memanggil para perawat dengan menekan bel. Dia juga menetapkan bahwa
institusi tersebut bukan institusi sekte — menerima semua pasien dari semua
denominasi dan agama. (komite institusi ini menginginkan agar institusi
tersebut hanya menerima jemaat gereja inggris).
Pada
tahun 1854, ketika inggris dan perancis mengumumkan perang terhadap rusia untuk
menguasai crimea dan konstantinopel — pintu gerbang menuju timur tengah —
sidney herbert, sebagai menteri perang, meminta florence untuk mengepalai
sebuah tim perawat bagi rumah sakit militer di scutari, turki. Florence
menggunakan kesempatan ini. Dia tiba bersama sebuah tim pilihan yang terdiri
dari 38 orang perawat. Hanya 14 orang perawat yang mempunyai pengalaman di
lapangan; 24 orang lainnya adalah anggota lembaga keagamaan yang terdiri dari
biarawati katolik roma, dissenting deaconnesses, perawat rumah sakit protestan,
dan beberapa biarawati anglikan yang berpengalaman di bidang penyakit kolera.
Teman-temannya, charles dan selina bracebridge juga turut bersama tim tersebut
untuk mendorong semangatnya. Selama perang berlangsung, florence menghadapi
pertempuran berat untuk meyakinkan para dokter militer bahwa para perawat
wanita pun diperlukan di sebuah rumah sakit militer. Perang crimea telah
membongkar sistem kemiliteran inggris yang ternyata mengirim ribuan prajurit
untuk menjemput kematiannya sendiri akibat kekurangan gizi, penyakit, dan
diabaikan. Sebanyak 60.000 prajurit inggris dikirim ke crimea. Sejumlah 43.000
meninggal, sakit, atau terluka, dan hanya 7.000 yang terluka oleh musuh.
Sisanya merupakan korban akibat lumpur, kekacauan, dan penyakit.
Pada saat
perang akan berakhir, laporan dan saran florence nightingale membuat inggris
seperti dilanda badai. Dia menjadi pahlawan wanita negara tersebut. Pada tahun
1860, sekolah keperawatan nightingale dibuka di london dan kelas pertamanya
berisi lima belas orang murid wanita muda. Sepanjang hidupnya, sebelum dia
meninggal saat sedang tidur pada usia sembilan puluh tahun di tahun 1910, dia
bekerja tanpa lelah untuk mengadakan perubahan-perubahan di kemiliteran yang
berhubungan dengan perawatan kesehatan dan medis.
Sebab dia telah bersumpah, “semua yang terjadi di crimea, tidak boleh terulang kembali.”
Sebab dia telah bersumpah, “semua yang terjadi di crimea, tidak boleh terulang kembali.”
1) PERJALANAN
KE JERMAN
Pada tahun 1846 ia mengunjungi Kaiserswerth, Jerman, dan mengenal lebih jauh tentang rumah sakit modern pionir
yang dipelopori oleh Pendeta Theodor Fliedner dan istrinya dan dikelola oleh
biarawati Lutheran (Katolik).
Di sana Florence Nightingale
terpesona akan komitmen dan kepedulian yang dipraktekkan oleh para biarawati
kepada pasien.
Ia jatuh cinta pada pekerjaan sosial
keperawatan, serta pulang ke Inggris dengan membawa angan-angan
tersebut.
2)
BELAJAR MERAWAT
Pada usia dewasa Florence yang lebih cantik dari kakaknya,
dan sebagai seorang putri tuan tanah yang kaya, mendapat banyak lamaran untuk
menikah. Namun semua itu ia tolak, karena Florence merasa
"terpanggil" untuk mengurus hal-hal yang berkaitan dengan
kemanusiaan.
Pada tahun 1851, kala menginjak usia 31 tahun, ia dilamar oleh Richard Monckton
Milnes seorang
penyair dan seorang ningrat (Baron of Houghton), lamaran inipun ia tolak
karena ditahun itu ia sudah membulatkan tekad untuk mengabdikan dirinya pada
dunia keperawatan.
3)
Ditentang oleh keluarga
Keinginan ini ditentang keras oleh
ibunya dan kakaknya. Hal ini dikarenakan pada masa itu di Inggris, perawat adalah pekerjaan hina dan
sebuah rumah sakit adalah tempat yang jorok. Banyak orang memanggil dokter
untuk datang ke rumah dan dirawat di rumah.
Perawat pada masa itu hina karena:
- Perawat disamakan dengan wanita tuna
susila atau "buntut" (keluarga tentara yang miskin) yang
mengikuti kemana tentara pergi.
- Profesi
perawat banyak berhadapan langsung
dengan tubuh dalam keadaan terbuka, sehingga dianggap profesi ini bukan
profesi sopan wanita baik-baik dan banyak pasien memperlakukan wanita
tidak berpendidikan yang berada di rumah sakit dengan tidak senonoh
- Perawat di Inggris pada masa itu lebih banyak
laki-laki daripada perempuan karena alasan-alasan tersebut di atas.
- Perawat masa itu lebih sering
berfungsi sebagai tukang masak.
Argumentasi Florence bahwa di Jerman perawatan bisa dilakukan dengan baik tanpa
merendahkan profesi perawat patah, karena saat itu di Jerman perawat juga biarawati Katolik yang sudah disumpah untuk tidak
menikah dan hal ini juga secara langsung melindungi mereka dari perlakuan yang
tidak hormat dari pasiennya.
Walaupun ayahnya setuju bila
Florence membaktikan diri untuk kemanusiaan, namun ia tidak setuju bila
Florence menjadi perawat di rumah sakit. Ia tidak dapat membayangkan
anaknya bekerja di tempat yang menjijikkan. Ia menganjurkan agar Florence pergi
berjalan-jalan keluar negeri untuk menenangkan pikiran.
Tetapi Florence berkeras dan tetap
pergi ke Kaiserswerth, Jerman untuk mendapatkan pelatihan bersama biarawati disana. Selama empat bulan ia
belajar di Kaiserwerth, Jerman di bawah tekanan dari keluarganya yang takut akan implikasi
sosial yang timbul dari seorang gadis yang menjadi perawat dan latar belakang
rumah sakit yang Katolik sementara keluarga Florence adalah Kristen Protestan.
Selain di Jerman, Florence Nightingale juga pernah bekerja di rumah sakit
untuk orang miskin di Perancis.
4)
Kembali ke Inggris
Pada tanggal 12 Agustus 1853, Nightingale kembali ke London dan mendapat pekerjaan sebagai pengawas bagian keperawatan di Institute for the Care of
Sick Gentlewomen, sebuah rumah sakit kecil yang terletak di Upper Harley Street, London, posisi yang ia tekuni hingga bulan Oktober 1854. Ayahnya memberinya ₤500 per tahun (setara dengan ₤ 25,000
atau Rp. 425 juta pada masa sekarang), sehingga Florence dapat hidup dengan
nyaman dan meniti karirnya.
Di sini ia beragumentasi sengit
dengan Komite Rumah Sakit karena mereka menolak pasien yang beragama Katolik. Florence mengancam akan
mengundurkan diri, kecuali bila komite ini mengubah peraturan tersebut dan
memberinya izin tertulis bahwa;
“
|
”
|
Komite
Rumah Sakit pun mengubah peraturan tersebut sesuai permintaan Florence.
5)
Perang Krimea
Pada 1854 berkobarlah peperangan di Semenanjung Krimea. Tentara Inggris bersama tentara Perancis berhadapan dengan tentara Rusia. Banyak prajurit yang gugur dalam pertempuran, namun yang
lebih menyedihkan lagi adalah tidak adanya perawatan untuk para prajurit yang sakit dan
luka-luka.
Keadaan memuncak ketika seorang
wartawan bernama William Russel pergi ke Krimea. Dalam tulisannya untuk harian TIME ia menuliskan bagaimana
prajurit-prajurit yang luka bergelimpangan di tanah tanpa diberi perawatan sama sekali dan bertanya,
"Apakah Inggris tidak memiliki wanita yang mau
mengabdikan dirinya dalam melakukan pekerjaan kemanusiaan yang mulia
ini?".
Hati rakyat Inggrispun tergugah oleh tulisan tersebut.
Florence merasa masanya telah tiba, ia pun menulis surat kepada menteri
penerangan saat itu, Sidney Herbert, untuk menjadi sukarelawan.
Pada pertemuan dengan Sidney Herbert terungkap bahwa Florence adalah
satu-satunya wanita yang mendaftarkan diri. Di Krimea prajurit-prajurit banyak yang mati bukan karena peluru dan
bom, namun karena tidak adanya perawatan, dan perawat pria jumlahnya tidak
memadai. Ia meminta Florence untuk memimpin gadis-gadis sukarelawan dan
Florence menyanggupi.
Pada tanggal 21 Oktober 1854 bersama 38 gadis sukarelawan yang dilatih oleh Nightingale
dan termasuk bibinya Mai Smith,[3] berangkat ke Turki menumpang sebuah
kapal.
Beberapa gadis sukarelawan terguncang jiwanya dan tidak
dapat langsung bekerja karena cemas, semua ruangan penuh sesak dengan
prajurit-prajurit yang terluka, dan beratus-ratus prajurit bergelimpangan di
halaman luar tanpa tempat berteduh dan tanpa ada yang merawat.
Dokter-dokter bekerja cepat pada saat pembedahan, mereka memotong
tangan, kaki, dan mengamputasi apa saja yang membahayakan hidup pemilik,
potongan-potongan tubuh tersebut ditumpuk begitu saja diluar jendela dan tidak
ada tenaga untuk membuangnya jauh-jauh ke tempat lain. Bekas tangan dan kaki
yang berlumuran darah menggunung menjadi satu dan mengeluarkan bau tak sedap.
Florence diajak mengelilingi neraka tersebut oleh Mayor Prince, dokter kepala rumah sakit tersebut dan menyanggupi untuk
membantu.
Florence melakukan perubahan-perubahan penting. Ia mengatur
tempat-tempat tidur para penderita di dalam rumah sakit, dan menyusun tempat
para penderita yang bergelimpangan di luar rumah sakit. Ia mengusahakan agar
penderita yang berada di luar paling tidak bernaung di bawah pohon dan
menugaskan pendirian tenda.
6)
Ilustrasi
Rumah Sakit di Scutari
Penjagaan dilakukan secara teliti, perawatan dilakukan
dengan cermat;
- Perban
diganti secara berkala.
- Obat diberikan
pada waktunya.
- Lantai
rumah sakit dipel setiap hari.
- Meja
kursi dibersihkan.
- Baju-baju
kotor dicuci dengan mengerahkan tenaga bantuan dari penduduk setempat.
Akhirnya gunungan potongan tubuh,
daging, dan tulang-belulang manusiapun selesai dibersihkan, mereka dibuang
jauh-jauh atau ditanam.
Dalam waktu sebulan rumah sakit
sudah berubah sama sekali, walaupun baunya belum hilang seluruhnya namun jerit
dan rintihan prajurit yang luka sudah jauh berkurang. Para perawat sukarelawan bekerja tanpa kenal
lelah hilir-mudik di bawah pengawasan Florence Nightingale.
Ia juga menangani perawat-perawat lain dengan tangan besi, bahkan
mengunci mereka dari luar pada malam hari. Ini dilakukan untuk membuktikan pada
orang tua mereka di tingkat ekonomi menengah, bahwa dengan disiplin yang keras
dan di bawah kepemimpinan kuat seorang wanita, anak-anak mereka bisa dilindungi
dari kemungkinan serangan seksual.
Ketakutan akan hal inilah yang
membuat ibu-ibu di Inggris menentang anak perempuan mereka
menjadi perawat, dan menyebabkan rumah sakit di Inggris ketinggalan dibandingkan di benua Eropa lainnya dimana profesi keperawatan dilakukan oleh biarawati dan biarawati-biarawati ini berada
dibawah pengawasan Biarawati Kepala.
Pada malam hari saat perawat lain beristirahat dan memulihkan
diri, Florence menuliskan pengalamannya dan cita-citanya tentang dunia keperawatan, dan obat-obatan yang ia ketahui.
Namun, kerja keras Florence
membersihkan rumah sakit tidak berpengaruh banyak pada jumlah kematian
prajurit, malah sebaliknya, angka kematian malah meningkat menjadi yang
terbanyak dibandingkan rumah sakit lainnya di daerah tersebut. Pada masa musim dingin pertama Florence berada disana
sejumlah 4077 prajurit meninggal dirumah sakit tersebut. Sebanyak 10 kali lipat
prajurit malah meninggal karena penyakit seperti; tipes, tifoid, kolera, dan disentri dibandingkan dengan kematian akibat
luka-luka saat perang. Kondisi di rumah sakit tersebut menjadi sangat fatal
karena jumlah pasien melimpah lebih banyak dari yang mungkin bisa ditampung,
hal ini menyebabkan sistem pembuangan limbah dan ventilasi udara memburuk.
Pada bulan bulan Maret 1855, hampir enam bulan setelah Florence
Nightingale datang, komisi kebersihan Inggris datang dan memperbaiki sistem
pembuangan limbah dan sirkulasi udara, sejak saat itu tingkat kematian menurun
drastis.
Namun Florence tetap percaya saat
itu bahwa tingkat kematian disebabkan oleh nutrisi yang kurang dari suplai
makanan dan beratnya beban pekerjaan tentara. Pemikiran ini baru berubah saat
Florence kembali ke Inggris dan mengumpulkan bukti dihadapan
Komisi Kerajaan untuk Kesehatan Tentara Inggris (Royal Commission on the Health
of the Army), akhirnya ia diyakinkan bahwa saat itu para prajurit di rumah
sakit meninggal akibat kondisi rumah sakit yang kotor dan memprihatinkan.
Hal ini berpengaruh pada karirnya di
kemudian hari dimana ia gigih mengkampanyekan kebersihan lingkungan sebagai hal
yang utama. Kampanye ini berhasil dinilai dari turunnya angka kematian prajurit
pada saat damai (tidak sedang berperang) dan menunjukkan betapa pentingnya
disain sistem pembuangan limbah dan ventilasi udara sebuah rumah sakit.
7)
Bidadari berlampu
Pada suatu kali, saat pertempuran
dahsyat di luar kota telah berlalu, seorang bintara datang dan melapor pada Florence
bahwa dari kedua belah pihak korban yang berjatuhan banyak sekali.
Florence menanti rombongan pertama,
namun ternyata jumlahnya sedikit, ia bertanya pada bintara tersebut apa yang
terjadi dengan korban lainnya. Bintara tersebut mengatakan bahwa korban
selanjutnya harus menunggu sampai besok karena sudah terlanjur gelap.
Florence memaksa bintara tersebut
untuk mengantarnya ke bekas medan pertempuran untuk mengumpulkan korban yang
masih bisa diselamatkan karena bila mereka menunggu hingga esok hari
korban-korban tersebut bisa mati kehabisan darah.
Berangkatlah mereka berenam ke bekas
medan pertempuran, semuanya pria, hanya Florence satu-satunya wanita. Florence
dengan berbekal lentera membalik dan memeriksa tubuh-tubuh
yang bergelimpangan, membawa siapa saja yang masih hidup dan masih bisa
diselamatkan, termasuk prajurit Rusia.
Malam itu mereka kembali dengan
membawa lima belas prajurit, dua belas prajurit Inggris dan tiga prajurit Rusia.
Semenjak saat itu setiap terjadi
pertempuran, pada malam harinya Florence berkeliling dengan lampu untuk mencari
prajurit-prajurit yang masih hidup dan mulailah ia terkenal sebagai bidadari berlampu yang menolong di gelap
gulita. Banyak nyawa tertolong yang seharusnya sudah meninggal.
Selama perang Krimea, Florence
Nightingale mendapatkan nama "Bidadari Berlampu".[4] Pada tahun 1857 Henry Longfellow, seorang penyair AS, menulis puisi
tentang Florence Nightingale berjudul "Santa Filomena", yang
melukiskan bagaimana ia menjaga prajurit-prajurit di rumah sakit tentara pada
malam hari, sendirian, dengan membawa lampu.
“
|
Pada jam-jam penuh penderitaan itu, datanglah bidadari
berlampu untukku.
|
”
|
8)
Pulang ke Inggris
Florence Nightingale kembali ke
Inggris sebagai pahlawan pada tanggal 7 Agustus 1857, semua orang tahu siapa Florence Nightingale dan apa yang
ia lakukan ketika ia berada di medan pertempuran Krimea, dan menurut BBC, ia merupakan salah satu tokoh yang paling terkenal setelah
Ratu Victoria sendiri. Nightingale pindah dari rumah keluarganya di Middle Claydon, Buckinghamshire, ke Burlington Hotel di Piccadilly. Namun, ia terkena demam, yang
disebabkan oleh Bruselosis ("demam Krimea") yang
menyerangnya selama perang Krimea.[5] Dia memalangi ibu dan saudara
perempuannya dari kamarnya dan jarang meninggalkannya.
Sebagai respon pada sebuah undangan
dari Ratu Victoria - dan meskipun terdapat keterbatasan kurungan pada
ruangannya - Nightingale memainkan peran utama dalam pendirian Komisi Kerajaan untuk Kesehatan Tentara Inggris,
dengan Sidney Herbert menjadi ketua. Sebagai wanita, Nightingale tidak dapat
ditunjuk untuk Komisi Kerajaan, tetapi ia menulis laporan 1.000 halaman lebih
yang termasuk laporan statistik mendetail, dan ia merupakan alat implementasi
rekomendasinya. Laporan Komisi Kerajaan membuat adanya pemeriksaan tentara
militer, dan didirikannya Sekolah Medis Angkatan Bersenjata dan sistem rekam medik angkatan bersenjata.
9)
Karier selanjutnya
Ketika ia masih di Turki, pada tanggal 29 November 1855, publik bertemu untuk memberikan pengakuan pada Florence
Nightingale untuk hasil kerjanya pada perang yang membuat didirikannya Dana
Nightingale untuk pelatihan perawat. Sidney Herbert menjadi sekretaris honorari dana,
dan Adipati Cambridge menjadi ketua. Sekembalinya
Florence ke London, ia diundang oleh tokoh-tokoh
masyarakat. Mereka mendirikan sebuah badan bernama "Dana
Nightingale", dimana Sidney Herbert menjadi Sekertaris Kehormatan dan
Adipati Cambridge menjadi Ketuanya. Badan tersebut berhasil mengumpulkan dana
yang besar sekali sejumlah ₤ 45.000 sebagai rasa terima kasih orang-orang Inggris karena Florence Nightingale
berhasil menyeamatkan banyak jiwa dari kematian.
Florence menggunakan uang itu untuk
membangun sebuah sekolah perawat khusus untuk wanita yang pertama, saat itu
bahkan perawat-perawat pria pun jarang ada yang berpendidikan.
Florence berargumen bahwa dengan
adanya sekolah perawat, maka profesi perawat akan menjadi lebih dihargai,
ibu-ibu dari keluarga baik-baik akan mengijinkan anak-anak perempuannya untuk
bersekolah disana dan masyarakat akan lain sikapnya menghadapi seseorang yang
terdidik.
Sekolah tersebut pun didirikan di
lingkungan rumah sakit St. Thomas Hospital, London. Dunia kesehatan pun menyambut baik pembukaan sekolah perawat tersebut.
Saat dibuka pada tanggal 9 Juli 1860 berpuluh-puluh gadis dari kalangan baik-baik mendaftarkan
diri, perjuangan Florence di Semenanjung Krimea telah menghilangkan gambaran lama tentang perempuan
perawat. Dengan didirikannya sekolah perawat tersebut telah diletakkan dasar
baru tentang perawat terdidik dan dimulailah masa baru dalam dunia perawatan
orang sakit. Kini sekolah tersebut dinamakan Sekolah Perawat dan Kebidanan Florence Nightingale
(Florence Nightingale School of Nursing and Midwifery) dan merupakan
bagian dari Akademi King College London.
Sebagai pimpinan sekolah Florence
mengatur sekolah itu dengan sebaik mungkin. Tulisannya mengenai dunia keperawatan dan cara mengaturnya dijadikan
bahan pelajaran di sekolah tersebut.
Saat tiba waktunya anak-anak didik
pertama Florence menamatkan sekolahnya, berpuluh-puluh tenaga pemudi habis
diambil oleh rumah
sakit sekitar,
padahal rumah sakit yang lain banyak meminta bagian.
Perawat lulusan sekolah Florence pertama
kali bekerja pada Rumah
Sakit Liverpool
Workhouse Infirmary. Ia juga berkampanye dan menggalang dana untuk rumah sakit
Royal Buckinghamshire di Aylesbury dekat rumah tinggal keluarganya.
Dengan perawat-perawat terdidik, era baru perawatan secara
modernpun diterapkan ditempat-tempat tersebut.
Dunia menjadi tergugah dan ingin
meniru. Mereka mengirimkan gadis-gadis berbakat untuk dididik di sekolah
tersebut dan sesudah tamat mereka diharuskan mendirikan sekolah serupa di
negerinya masing-masing.
Pada tahun 1882 perawat-perawat yang lulus dari sekolah Florence
telah tumbuh dan mengembangkan pengaruh mereka pada awal-awal pengembangan
profesi keperawatan. Beberapa dari mereka telah
diangkat menjadi perawat senior (matron), termasuk di rumah sakit-rumah
sakit London seperti St. Mary's Hospital, Westminster Hospital, St Marylebone
Workhouse Infirmary dan the Hospital for Incurables (Putney); dan diseluruh Inggris, seperti: Royal Victoria Hospital, Netley; Edinburgh Royal Infirmary; Cumberland Infirmary; Liverpool
Royal Infirmary dan juga di Sydney Hospital, di New South Wales, Australia.
Orang sakit menjadi pihak yang
paling beruntung di sini, disamping mereka mendapatkan perawatan yang baik dan
memuaskan, angka kematian dapat ditekan serendah mungkin. Buku dan buah pikiran
Florence Nightingale menjadi sangat bermanfaat dalam hal ini.
Pada tahun 1860 Florence menulis buku Catatan tentang Keperawatan (Notes on Nursing) buku setebal
136 halaman ini menjadi buku acuan pada kurikulum di sekolah Florence dan sekolah keperawatan lainnya. Buku ini juga menjadi
populer di kalangan orang awam dan terjual jutaan eksemplar di seluruh dunia.
Pada tahun 1870-an, Linda Richards, "perawat terlatih pertama Amerika", berkonsultasi dengan
Florence Nightingale di Inggris, dan membuat Linda kembali ke Amerika Serikat dengan pelatihan dan pengetahuan
memadai untuk mendirikan sekolah perawat. Linda Richards menjadi pelopor perawat di Amerika Serikat dan Jepang.
Pada tahun 1883 Florence dianugrahkan medali Palang Merah Kerajaan (The Royal Red Cross) oleh Ratu Victoria.
Pada tahun 1907 pada umurnya yang ke 87 tahun Raja Inggris, di hadapan beratus-ratus undangan
menganugerahkan Florence Nightingale dengan bintang jasa The Order Of
Merit dan
Florence Nightingale menjadi wanita pertama yang menerima bintang tanda jasa
ini.
Nightingale adalah seorang universalis Kristen. Pada tanggal 7 Februari 1837 – tidak lama sebelum ulang tahunnya ke-17 – sesuatu terjadi
yang akan mengubah hidupnya: ia menulis, "Tuhan berbicara padaku dan
memanggilku untuk melayani-Nya.
B. TEORI
FLORENCE NIGHTINGALE
Konsep nightingale menempatkan lingkungan sebagai
fokus asuhan keperawatan dan perhatian di mana perawat tidak perlu memahami
seluruh proses penyakit merupakan upaya awal untuk memisahkan antara profesi
keperawatan dan kedokteran.
Nightingale tidak memandang perawat secara sempit
yang hanya sibuk dengan masalah pemberian obat dan pengobatan, tetapi lebih
berorientasi pada pemberian udara, lampu, kenyamanan lingkungan, kebersihan,
ketenangan dan nutrisi yang adekuat ( nightingale, 1860; torres, 1986 ).
Melalui observasi dan pengumpulan data, nightingale menghubungkan antara status
kesehatan klien dengan faktor lingkungan dan, sebagai hasil, yang menimbulkan
perbaikan kondisi higiene dan sanitasi selama perang crimean.
Torres mencatat ( 1986
) mencatat bahwa nightingale memberikan konsep dan penawaran yang dapat
divalidasi dan digunakan untuk menjalankan praktik keperawatan. Nightingale
dalam teori deskripsinya memberikan cara berpikir tentang keperawatan
dankerangka rujukan yang berfokus pada klien dan lingkungannya ( torres, 1986).
Surat nightingale dan tulisannya tangannya menuntun perawat untuk bekerja atas
nama klien. Prinsipnya mencakup bidang pelayanan, penelitian, dan
pendidikan.hal paling penting adalah konsep dan prinsip yang membentuk dan
melingkupi praktik keperawatan (marriner – tomey, 1994). Nightingale berpikir
dan menggunakan proses keperawatan. Ia mencatat bahwa observasi [pengkajian]...
Bukan demi berbagai informasi atau fakta yang mencurigakan, tetapi demi
penyelamatan hidup dan meningkatkan kesehatan dan keamanan."
C. KONSEP
MODEL FLORENCE NIGHTINGALE
Inti konsep florence nightingale, pasien dipandang
dalam kontek lingkungan secara keseluruhan, terdiri dari lingkungan fisik,
lingkungan psikologis dan lingkungan sosial.
1.
Lingkungan fisik (physical enviroment)
Merupakan lingkungan dasar/alami yang berhubungan
dengan ventilasi dan udara. Faktor tersebut mempunyai efek terhadap lingkungan
fisik yang bersih yang selalu akan mempengaruhi pasien dimanapun dia berada
didalam ruangan harus bebas dari debu, asap, bau-bauan.
Tempat tidur pasien harus bersih, ruangan hangat,
udara bersih, tidak lembab, bebas dari bau-bauan. Lingkungan dibuat sedemikian
rupa sehingga memudahkan perawatan baik bagi orang lain maupun dirinya sendiri.
Luas, tinggi penempatan tempat tidur harus memberikan memberikan keleluasaan
pasien untuk beraktifitas. Tempat tidur harus mendapatkan penerangan yang
cukup, jauh dari kebisingan dan bau limbah. Posiis pasien ditempat tidur harus
diatur sedemikian rupa supaya mendapat ventilasi.
2.
Lingkungan
psikologi (psychologi enviroment)
Florence nightingale melihat bahwa kondisi
lingkungan yang negatif dapat menyebabkan stress fsiik dan berpengaruh buruk
terhadap emosi pasien. Oleh karena itu ditekankan kepada pasien menjaga
rangsangan fisiknya. Mendapatkan sinar matahari, makanan yang menarik dan
aktivitas manual dapat merangsanag semua faktor untuk membantu pasien dalam
mempertahankan emosinya.
Komunikasi dengan
p[asien dipandang dalam suatu konteks lingkungan secara menyeluruh, komunikasi
jangan dilakukan secara terburu-buru atau terputus-putus. Komunikasi tentang
pasien yang dilakukan dokter dan keluarganya sebaiknya dilakukan
dilingkungan pasien dan kurang baik bila dilakukan diluar lingkungan pasien
atau jauh dari pendengaran pasien. Tidak boleh memberikan harapan yang terlalu
muluk, menasehati yang berlebihan tentang kondisi penyakitnya.
Selain itu membicarkan kondisi-kondisi lingkungna dimana dia berada atau cerita hal-hal yang menyenangkan dan para pengunjung yang baik dapat memberikan rasa nyaman.
Selain itu membicarkan kondisi-kondisi lingkungna dimana dia berada atau cerita hal-hal yang menyenangkan dan para pengunjung yang baik dapat memberikan rasa nyaman.
3.
Lingkungan
sosial (social environment)
Observasi dari
lingkungan sosial terutama huhbungan yang spesifik, kumpulan data-data yang
spesifik dihubungkan dengan keadaan penyakit, sangat penting untuk pencegahan
penyakit. Dengan demikian setiap perawat
harus menggunakan kemampuan observasi dalam hubungan dengan kasus-kasus secara
spesifik lebih dari sekedar data-data yang ditunjukkan pasien pada umumnya.
Seperti juga hubungan komuniti dengan lingkungan
sosial dugaannya selalu dibicarakan dalam hubungna individu paien yaitu
lingkungan pasien secara menyeluruh tidak hanya meliputi lingkungan rumah atau
lingkungan rumah sakit tetapi juga keseluruhan komunitas yang berpengaruh
terhadap lingkungan secara khusus.
Hubungan teori florence
nightingale dengan beberapa konsep
1)
Hubungan
teori florence nightingale dengan konsep keperawatan :
a)
Individu
/ manusia
Memiliki kemampuan
besar untuk perbaikan kondisinya dalam menghadapi penyakit
b)
Keperawatan
Berrtujuan membawa / mengantar individu pada kondisi
terbaik untuk dapat melakukan kegiatan melalui upaya dasar untuk mempengaruhi
lingkungan.
c)
Fokus pada perbaikan untuk sehat.
d)
Masyarakaat
/ lingkungan
Melibatkan kondisi eksternal yang mempengaruhi
kehidupan dan perkembangan individu, fokus pada ventilasi, suhuu, bau, suara
dan cahaya.
2) Hubungan teori florence nightingale
dengan proses keperawatan
a)
Pengkajian
/ pengumpulan data
Data pengkajian florence n lebih menitik beratkan
pada kondisi lingkungan (lingkungan fisik, psikhis dan sosial).
b)
Analisa
data
Data dikelompokkan berdasarkan lingkungan fisik,
sosial dan mental yang berkaitan dengan kondisi klien yang berhubungan dengan
lingkungan keseluruhan.
c)
Masalah
Difokuskan pada
hubungan individu dengan lingkungan misalnya :
·
kurangnya
informasi tentang kebersihan lingkungan
·
ventilasi
·
pembuangan
sampah
·
pencemaran
lingkungan
·
komunikasi
sosial, dll
d)
Diagnosa
keperawatan
Berbagai maslah klien
yang berhubungan dengan lingkungan antara lain :
·
faktor
lingkungan yang berpengaruh terhadap efektivitas asuhan.
·
penyesuaian
terhadap lingkungan.
·
pengaruh
stressor lingkungan terhadap efektivitas asuhan.
e)
Inplementasi
Upaya dasar merubah / mempengaruhi lingkungan yang
memungkinkan terciptanya kondisi lingkungan yang baik yang mempengaruhi
kehidupan, perrtumbuhan dan perkembangan individu.
f) Evaluasi
g)
Mengobservasi
dampak perubahan lingkungan terhadap kesehatan individu.
3. Hubungan teori florence nightingale
dengan teori-teori lain :
1.
Teori
adaptasi
Adaptasi menunjukkan penyesuaian diri terhadap
kekuatan yang melawannya. Kekuatan dipandang dalam konteks lingkungan
menyeluruh yang ada pada dirinya sendiri. Berrhasil tidaknya respon adapatsi
seseorang dapat dilihat dengan tinjauan lingkungan yang dijelaskan Florence. Kemampuan
diri sendiri yang alami dapat bertindak sebagai pengaruh dari lingkungannya
berperanpenting pada setiap individu dalam berespon adaptif atau mal adaptif.
2.
Teori
kebutuhan
Menurut maslow pada dasarnya mengakui pada penekanan
teori florence n, sebagai conoth kebuuthan oksigen dapat dipandang sebagai
udara segar, ventilasi dan kebutuhanlingkungan yang aman berhubungan dengan
saluran yang baik dan air yang bersih.
Teori kebutuhan menekankan bagaimana hubungan
kebutuhan yang berhubungan dengan kemampuan manusia dalam mempertahankan
hidupnya.
3.
Teori
stress
Stress meliputi suatu ancaman atau suatu perubahan
dalam lingkungan, yang harus ditangani. Stress dapat positip atau negatip
tergantung pada hasil akhir. Stress dapat mendorong individu untuk mengambil
tindakan positip dalam mencapai keinginan atau kebutuhan.
Stress juga dapat menyebabkan kelelahan jika stress
begitu kuat sehingga individu tidak dapat mengatasi. Florence n, menekankan
penempatan pasien dalamlingkungan yang optimum sehingga akan menimumkan efek
stressor, misalnya tempat yang gaduh, membangunkan pasien dengan tiba-tiba,
,semuanya itu dipandang sebagai suatu stressor yang negatif. Jumlah dan lamanya
stressor juga mempunyai pengaruh kuat pada kemampuan koping individu.
BAB III
PENUTUP
I.
KESIMPULAN
Florence nightingale “ibu dari
keperawatan modern” merupakan salah satu pendiri yang meletakan dasar-dasar
teoti keperawatan yang melalui model konsep dan teori keperawatan yaitu dengan
mengidentifikasi peran perawat menemukan kebutuhan dasar manusia pada klien
serta pentingnya pengaruh lingkungan di dalam perawatan orang yang sakit yang
dikenal dengan teori lingkunganya.
Selain itu florence nightingale
juga membuat standar pada pendidikan keperawatan serta standar pelaksanaan
asuhan keperawatan yang efesien.
DAFTAR PUSTAKA
Http://jatiarsoeko.blogspot.com/2012/01/makalah-model-konsep-florence.html (diakses
tanggal : 25 maret 2012)
(diakses tanggal : 22 maret 2012)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar